JAKARTA - Pada sampul buku "Pak Harto The Untold Stories" terpampang foto penguasa orde baru itu tengah terduduk berselonjor di tepi jalan tanah, bersandar di pagar bambu, dengan cerutu terapit di tangan kanannya yang ia pangku.
Ada satu hal yang unik dari foto tersebut, yakni raut muka Soehartoyang tampak seperti mengantuk dengan mata yang agak terpejam.
Selain itu, keningnya yang mengkerut dan tidak menyiratkan sedikit pun beban.
Jarang foto Suharto dengan raut unik seperti itu dipublikasikan oleh pihak istana.
Mantan Wakil Presiden Indonesia tahun 1993-1998, Jend (purn)Try Sutrisno, membeberkan rahasia dibalik foto itu, yang selama ini tidak dibeberkan ke publik.
Menurut Try Sutrisno, ekspresi tersebut adalah ekspresi Pak Harto usai menyantap makan siang dengan menu nasi, sambal Teri dan kering tempe buatan Tien Suharto.
Foto tersebut menurut Try Sutrisno diambil pada pertengahan tahun 1970, di sebuah kampung di kawasan Jawa Tengah.
Kala itu, Soeharto melakukan perjalanan ke pelosok, yang menurut Try Sutrisnoadalah "Incognito," karena perjalanan tersebut dirahasiakan dari publik dan sebagian besar pejabat.
"Bisa dilihat sendiri, apakah ekspresi seperti itu dibuat-buat atau tidak, bisa dinilai sendiri" katanya pada acara peluncuran buku "Pak Harto The Untold Stories" di museum Purna Bakti, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Rabu (08/06/2011).
Pada perjalanan tersebut, kebetulan Try Sutrisno tengah menjabat sebagai ajudan presiden. Ia diminta untuk menemani penguasa orde baru itu melihat langsung kondisi masyarakat Indonesia.
Try mengaku mereka hanya dibekali beras, dan sambal teri serta kering tempe buatan ibu negara pada saat itu untuk konsumsi selama perjalanan.
Dari perjalanan tersebut, mantan Panglima Abri tahun 1988-1992 itu mengaku menjadi kenal dengan sosok Soeharto yang jarang diketahui khalayak banyak.
Try menceritakan saat ia mengemudikan mobil untuk Soehartodalam perjalanan Incognito itu, rencananya ia akan membawaSoeharto ke kota Madiun, Jawa Timur dari sebuah kota di Jawa Tengah.
"Di tengah jalan saya jadi bingung, karena saya lupa jalannya, tapi saya bawa terus sampai masuk jalan kecil, saya yakin pak Harto tahu kita sudah mulai tersesat, tapi dia diam saja " tambahnya.
Hingga akhirnya mobil tersebut terjebak pada sebuah jalan buntu, pak Harto pun membuka mulut, dengan datar bertanya kepada sang supir hendak kemana tujuan perjalanan tersebut.
"Akhirnya saya bilang kita mau ke Madiun, lalu dia cuma memberi tahu jalan yang harus saya ambil, tanpa nada kecewa" terangnnya.
Dari pengalaman tersebut, Try Sutrisno mengaku jadi lebih mengenal kepemimpinan Suharto, yang ia kagumi.
Try juga menjelaskan, bahwa seluruh hasil perjalanan tersebut dicatat Soeharto dengan rinci. Hal itu akan ia jadikan acuan untuk merencanakan pembangunan.
Selain itu, dengan data tersebut para menteri juga tidak bisa berbohong kepada pak Harto.
Perjalanan incognito itu berakhir di istana Cipanas, saat rombongan tiba, berbagai menu sudah dihidangkan untuk mengganjal perut yang kosong.
Try Sutrisno kembali terkesima pada saat itu, karena Soeharto meminta anak buahnya untuk makan lebih dahulu dari dirinya.
"Itulah good leadership yang saya warisi dari pak Harto sebagai komandan pasukan, beliau mendahulukan anak buahnya untuk hal-hal mendasar seperti soal makan," imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar