Headline berita di berbagai media massa maupun sosial tidak putus-putusnya membertitakan tragedi kemanusiaan di Mina. Kejadian ini sontak gempar di seantero dunia. Halaman pertama di koran-koran nasional terpampang foto-foto tragedi tersebut. Tidak ketinggalan pula di situs-situs media sosial, mengunggah foto-foto yang tidak kalah ‘mengerikan’. Di mana hampir seribu orang meninggal dalam waktu bersamaan.
Diskusi-diskusi terkait kejadian di Mina tidak terelakkan. Pasalnya, kasus jatuhnya crane masih dalam penyidikan, musibah lain telah menimpa lagi kepada tamu Allah SWT., tersebut. Ya, saya mengucapkan semoga para tamu Allah itu mendapatkan gelar mambrur, dan para keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan mengikhlaskan kepergiaan orang yang dinanti-nanti selepas dari tanah nabi tersebut.
Pada kesempatan ini, kita tanggalkan sebentar berita yang terjadi di tanah suci tersebut. Lalu, kita mengarah pada sosok tukang bubur, yang meraup keuntungan 20 juta selepas bermain permainan Clash of Clan (COC). Di televisi tukang bubur bisa menunaikan ibadah haji. Impian tersebut rupanya bukan isapan jempol belaka. Meski, tukang bubur yang saya maksud ini bukan pada cerita fiktif belaka. Namun cerita ini nyata di dunia sekitar kita.
Seperti yang diberitakan Tribun.com seorang pemuda di Palembang memainkan alat komunikasinya dengan permainan Clash of Clan (COC). Akhir-akhir ini permainan ini sedang digandrungi oleh penggemar game on-line se dunia, menyisihkan permainan yang lain. Game Clash of Clan (COC) yang dibesut oleh Supercell, sebuah perusahaan video game yang berbasis di Helsinki, Finlandia tersebut "menjangkit" ke-semua golongan masyarakat. Bukan hanya mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah atas. Permainan ini juga digandrungi golongan masyarakat ekonomi agak bawah. Seperti yang dilakukan seorang pemuda usia 29 tahun, Teguh Imam Santoso yang setiap harinya berprofesi penjual bubur di dekat rumahnya.
Tidak ada hujan, tidak ada api. Tidak disangka, hobi yang dilakukan di sela-sela menunggu pelanggan bubur itu membuahkan hasil manis, semanis bubur yang dibuatnya. Ia gunakan waktunya untuk mengoperasikan game favoritnya. Jari-jari manis tidak bisa jauh memegangi ‘berhala’ modern ini. Ternyata, keaktifannya menekan ponsel layar sentuh, Teguh ‘membangun’ kerajaan dan pasukan yang kuat.
Ternyata, kerajaan itu tidak hanya di layar sentuh saja. Akan tetapi juga di dunia nyata. Hobinya bermain game tersebut mampu membangun “kerajaan” bubur yang lebih besar lagi. Bagaimana tidak? Bayangkan hasil bermain game yang dinilai seharga 20 juta bisa membangun “kerajaan” bubur yang lebih besar dan megah lagi. Sebuah kerajaan yang tidak mungkin ia bangun, kalau tidak dilakukannya bermain game Clash of Clan (COC). Saya jadi teringat tentang judul blog yang berjudul Melejitkan Kecerdasan Melalui Game. Tulisan saya yang di blog itu ,menceritakan game tidak hanya menggangu pola belajar seorang anak, tetapi juga mampu ‘membangun kerajaan’ hasil dari berselencar di dunia maya.
"Ya iseng-iseng saja awalnya, tapi alhamdulilah sekarang lumayan menghasilkan," ujarnya saat dihubungi Tribun Sumsel. Game ini menurutnya bisa menghasilkan uang, Ia menjual akun-akun COC miliknya kepada yang berminat. Hasilnya lumayan, bisa mencapai Rp 600 ribu hingga Rp 2 juta per akunnya. Masing menurutnya, "Bahkan TH 10 mentok, kemarin bisa dihargai sampe 20 juta." katanya.
Wikipedia.org mendefinisikan, Clash of Clans merupakan sebuah game multiplayer online di mana pemain membangun komunitas, melatih pasukan, dan menyerang pemain lain untuk mendapatkan emas, elixir dan dark elixir, membangun pertahanan yang melindungi pemain dari serangan pemain lain, dan untuk melatih serta meningkatkan kemampuan maupun jumlah pasukan.
Tidak dipungkiri, lewat permainan Clash of Clan (COC), Teguh mampu membangun “kerajaan” nyata di istananya sendiri. Bukan tidak mungkin lagi, setelah dapat puluhan juta dari Clash of Clans, ia siap naik haji seperti sinetron tukang bubur naik haji.
0 komentar:
Posting Komentar